dijeda temu, ku tetapkan padamu tempat hatiku berlabuh

Semilir angin menjadi irama temu di bibir pantai hari ini. Anji menatap kosong ke arah laut sembari mengelus pundak kekasihnya yang bersandar di dada bidangnya. Kesya, perempuan yang mempunyai tahi  lalat di atas alisnya itu mampu membuat seorang badboy seperti anji bertekuk lutut.
Anji yang mengenal kesya dari kegiatan rutin pesantren yang di selenggarakan setiap libur santri, tiga tahun lalu saling mengumbar perasaannya satu sama lain. 
"Sepuluh bulan lagi, aku berharap dapat ku temui dirimu dengan hati yang masih utuh, tidak ada kurang sedikitpun. Entah itu kurang karena sebab di sengaja diberi olehmu ataupun sebab dicuri wanita lain" ujar kesya dengan suara lirih, wajahnya penuh harap-harap cemas.
Latar belakang mereka memang satu pesantren. Namun bedanya adalah kesya masih nyantri dan anji sudah menjadi alumni. Ada ke khawatiran tersendiri di benak Kesya. Meskipun sudah menjalin kasih dengan Anji selama tiga tahun secara LDR , namun tetap saja rasa ke khawatiran itu tumbuh subur dalam dirinya. Bukan tidak percaya, namun Kesya yang sangat mencintai Anji takut kehilangan dengan terpikat pada wanita lain, apalagi di tahun ini Anji hidup di luar pesantren yang cenderung lebih bebas.
"Kau bicara apa sih, aku sudah mantapkan hatiku ini padamu. dalam jeda temu yang berlarut-larut, pada dirimu lah hatiku tempatku berlabuh" ucap Anji meyakinkan.
Kesya yang mendengar penuturan Anji memejamkan mata dan memeluk erat tubuh Anji. Ini hari terakhir mereka bertemu, besok mereka akan menunaikan ibadah rindu dalam rentang waktu yang cukup lama.

***
Fajar menyingsing dari ufuk timur, sinarnya sudah tak malu-malu lagi menyapa tanah. Jarum jam sudah menunjuk ke angka delapan. Anji yang semalam telfonan dengan Kesya hingga larut belum terbangun dari tidurnya meski sinar matahari samar-samar menyapu wajahnya. Tak lama kemudian terdengar ketok pintu dari arah pintu kamar. Ibu Memes, perempuan cantik dan hebat yang telah melahirkan Anji, merawat dan membesarkan Anji sampai sedewasa ini. Beberapa kali ibu Memes mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban dari Anji. ini tanda kalau Anji belum terbangun. Seperti biasanya, ketika ketukan pintu tidak mempan untuk membangunkan Anji, ibu Memes lansung masuk kedalam kamar. Memang pintu kamar Anji tak pernah di kunci ketika tidur. Ibu Memes langsung membuka jendela kamar Anji membuat ia mengerjapkan mata karena sinar matahari menyebar ke seluruh ruangan.
"Sudah jam berapa ini Bu?" Tanya Anji yang masih setengah sadar.
"Sudah jam 08:00 WIB" jawab ibu Memes singkat sembari membereskan buku dan baju Anji yang berantakan.
"hah! Serius?" Anji terperanjat, tangan Anji meraba-raba tas miliknya untuk merogoh smartphone. Anji terpenganga melihat jam benar-benar sudah menunjukkan pukul 08:00 WIB. 
"Ya ampun ibu kenapa Anji tidak di bangunkan pagi-pagi sekali!" Kesal Anji.
"Hallah, kamu sudah ibu bangunkan dari tadi tapi tidak bangun-bangun" timpal ibu Memes.
Anji mengabaikan perkataan ibunya, ia sibuk mengecek chat WhatsApp. Benar saja, enam kali panggilan tak terjawab dan lima pesan masuk, semua itu dari Kesya. Anji menyesali dirinya sendiri, Ia terlambat bangun. Kemarin Kesya bilang akan berangkat jam 7 kepesantren.

"Anji sayang, kamu kemana sih! Bales dong ih. Aku sudah mau balik pondok ini"
"Sayang!"
"P"
"P"
"P"
"Hemmm, aku balik pondok dulu yah! Jaga diri baik-baik, jaga hati, aku akan segera kembali. Doakan aku semoga kerasan yah!.
Love you, assalamualaikum"

Isi pesan dari Kesya membuat Anji menyesali, ia sangat benci dengan dirinya sendiri. Ia marasa tidak becus menjadi kekasihnya. Di detik-detik perpisahan sementara yang amat lama, ia tidak sempat sekedar mengucapkan hati-hati kepadanya. Ia sangat terpukul dan tercekik keadaan yang dialaminya kali ini. Anji menenggelamkan wajah sembari memukul-mukul kasur. Cairan sebening kristal pun jatuh dari matanya.
"Maafkan aku, Kesya. Hati-hati dan jaga hati, sampai berjumpa kembali" gumam Anji dalam hati.

***

Musim telah berganti, siang dan malam sudah beberapa kali pulang pergi, Kesya masih tabah mengantri pada derai waktu yang terasa berjalan tertatih-tatih.
Sudah lima bulan menahan rindu, namun tidak ada sepucuk suratpun dari anji, semua rasa bercampur aduk dalam dirinya, antara benci dan rindu. Sekumpulan pertanyaan bersarang di otaknya, namun ia buang jauh-jauh. Demi mencari sebuah ilmu ia rela menahan rindu dan rasa ragu. Saban waktu, di atas sajadah biru pemberian darinya, ia ramu doa-doa yang tertuju padanya dengan mata berkaca-kaca.
" Ya Tuhan, kuatkanlah hamba, tetap tautkan hati kami, jaga pandangan kami, jaga niat kami. Hanya padamulah tempat kami mohon dan meminta. Kabulkan wahai Tuhan pemilik semesta raya" di penghujung doa, air mata jatuh dalam tengadah jemarinya, Kesya tidak kuat menahannya, lalu menenggelamkan wajahnya pada sajadah.

10 bulan berlalu ...
Waktu yang di tunggu telah tiba. Rindu yang semakin penuh sebentar lagi pecah. Terdengar kabar Kesya sudah berada dirumah. Anji menata ulang nyalinya untuk bertemu. Semua terasa baru, perasaanya bercampur aduk. Anji mencari-cari kalimat apa yang cocok untuk memulai percakapan. Apakah kata 'hai', ataukah 'apa kabar' untuk memulai percakapan. Entahlah, ia semakin gugup, degup jantung semakin berkoar. Anji bangkit dari rebahannya, membuka lemari untuk mencari baju yang pas untuk pertemuan pertama. Tangannya seketika berhenti mencari baju tatkala pertanyaan besar timbul di otaknya. Kenapa sampai sekarang Kesya belum juga menghubunginya?. Anji menutup kembali lemarinya, ia kembali merebahkan tubuhnya di kasur, pandangannya kosong menatap langit-langit kamar. Pasti ada hal yang tidak beres, ia ingat-ingat kembali kejadian pada 10 bulan lalu. ia mengingatnya, mungkin Kesya marah karena ia tak mengucapkan apapun di saat ia kembali kepesantren. Iya, mungkin saja karena itu. Melalui smartphone, Anji stalking sosial media Kesya. WhatsApp tidak aktif, Anji sudah mengira itu, Kesya pasti ganti nomer WhatsApp setiap baru pulang dari pesantren. Tidak sampai disitu, Anji mencoba stalking akun Facebooknya. Online! Kesya online, lalu kenapa dia tidak menghubunginya, Anji semakin penasaran dan langsung menyapanya.

"Assalamualaikum, bagaimana kabarmu? Kapan sampai rumah? Kenapa tak mengabariku?" Anji menekan tombol kirim.
"Aku ingin menemuimu, nanti sore di tempat biasa" balasnya singkat, padat.
Anji mengernyitkan dahi, ia semakin yakin ada sesuatu yang tidak beres, tapi ia bingung hal apa itu.

***

Sesuai kesepakatan, Kesya dan Anji bertemu. Di pantai, tempat biasa mereka menuai rindu. Anji yang datang lebih dulu melihat Kesya dari kejauhan mengendarai sepeda motor dengan setelan baju serba merah. 10 bulan tidak bertemu, menabung rindu membuat Anji tidak dapat mengalihkan pandangannya sampai Kesya duduk di sebelahnya tanpa sapaan darinya. Anji semakin bingung, kenapa Kesya pulang berubah menjadi sosok yang dingin.
Anji mendeham dan mengambil nafas panjang.
"Kau kenapa? Sikapmu berubah sangat dingin, kalau ada masalah ceritalah padaku, kesya"
Kesya masih mematung, menatap kosong ke arah laut. Matanya mulai berkaca-kaca, lalu lekat-lekat menatap anji. Mereka saling bersitatap.
"Kau kemana ketika aku hendak kembali kepesantren? Apa kau lupa padaku, bahkan sapucuk suratpun tidak ada darimu? Apa kau tak merindukanku? Apa kau tau mataku sampai mengering karena rindu yang kurasa kutanggung sendiri" ujar kesya panjang lebar serta di dikuti cairan bening mengalir deras dari matanya.
Anji menghela nafas panjang, dan merangkulnya agar kesya menangis di dadanya.
"Maafkan aku kesya, sayang. aku tidur pulaa saat kau kembali. Membaca pesanmu selepas tidur membuat aku menyesali diriku sendiri. Mustahil jika aku lupa dan tak rindu padamu. Aku ingin sekali mengirimkan sepucuk surat untuk tanya kabar tentangmu, namun aku tidak tahu, pada siapa aku bisa titipkan? Sekali lagi maafkan aku kesya." 
Kesya yang mendengar penjelasan anji memeluknya erat, dia salah menduga selama ini, Rindu sebenarnya di tanggung bersama, namun waktu yang tak mengijinkan tahu secara seksama. apa yang bersarang di otaknya selama ini sudah terjawab sudah.
"Maafkan aku Anji, selama ini aku salah dalam menilaimu, kukira kau sudah lupa dan tak rindu lagi padaku. Kukira kau sudah buang rasa perhatian dan sayang diantara jarak yang tak terelakkan" ucap kesya yang masih memeluk anji.
Jarak tanpa kabar dan temu membuat kesya berfikir hal yang negatif tentang kekasihnya. Dari pertemuannya kali ini, Kerinduan sudah tuntas dengan sekali tatap.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumpulan Puisi | Meditasi Rasa

Meditasi Rasa